Haidup Indonesia
& Homelessness
✎ Upload 12/04/23
Banyak latar belakang dan penyebab kondisi ketunawismaan pada diri individu hingga akhirnya individu tersebut berakhir terlantar di jalanan. Artinya ketunawismaan sejatinya memiliki berbagai wujud di setiap fase atau episodenya.
Baik untuk diketahui sebelumnya terkait perspektif haidup.id tentang ketunawismaan yang terdiri dari 4 kategori yaitu sebagai berikut;
Ketunawismaan Terselubung
Seperti: Secara terus menerus, atau ada kalanya tinggal menumpang dirumah kerabat atau saudara dengan kondisi ketidak tersediaan ruangan dengan privasi tersendiri. Couch/ sofa surfing atau tinggal di sofa ruang tamu atau ruang keluarga rumah teman/ kerabat. Termasuk kadang kala terpaksa tidur secara sembunyi-sembunyi atau tersamar di fasilitas umum seperti ruang tunggu rumah sakit. IGD, stasiun, bandar udara, pelabuhan, terminal bus, fasilitas rumah ibadah, coworking space, net cafe, dsb. Kategori ini juga mencakup kondisi tinggal di rumah dinas bangunan benda milik negara akibat adanya ikatan dinas dan atau fasilitas asrama kantor.
Ketunawismaan Transitional
Seperti: Tinggal di suatu fasilitas hunian bersistem sewa yang umum dikenal dengan kosan, kontrakan, apartment/ kondo, lapak, bedeng, dsb nya. Perlu di garis bawahi bahwa biaya sewa atas hunian tersebut haruslah berasal dari diri sendiri. Dalam kategori ini juga meliputi format hunian alternatif seperti tinggal di dalam mobil/ van, camper van, dengan status kepemilikan kendaraan tersebut adalah milik sendiri.
Ketunawismaan Di Dalam Sistem
Seperti: Tinggal di dalam panti, balai, atau fasilitas yang dioperasikan oleh pihak ke-3 (pemerintah/ swasta). Termasuk pula didalam lembaga pemasyarakatan, dan panti rehabilitasi.
Ketunawismaan Kronis
Poin penting yang dimaksud dengan kondisi kronis adalah adanya total durasi waktu kamu menyandang status tunawisma selama 20 bulan lebih. Semakin berturut-turut kondisi itu terjadi (tidak ter-jeda antar waktu) semakin kronis pula kondisinya.
Seperti: Tinggal menggelandang di tempat terbuka dengan sudah tidak lagi memperhatikan faktor higienitas diri. Gelandangan sekaligus juga penyandang disabilitas, dan atau penyakit kronis seperti HIV-AIDS, lepra, TBC, dsb nya.
Kategori ini juga meliputi kondisi maladaptif individu yaitu mempunyai hunian/ rumah sendiri namun menjadikan aktifitas menggelandang yang disertai mengemis (meminta-minta) sebagai profesi.